World Health Organization (WHO) memperkirakan ada 20 juta
kejadian aborsi tidak aman (unsafe
abortion) di dunia, 9,5% (19 dari 20 juta tindakan aborsi tidak aman)
diantaranya terjadi di negara berkembang. Sekitar 13% dari total perempuan yang
melakukan aborsi tidak aman berakhir dengan kematian. Resiko kematian akibat
aborsi yang tidak aman di wilayah Asia diperkirakan 1 berbanding 3700 dibanding
dengan aborsi. Diwilayah Asia Tenggara, WHO memperkirakan 4,2 juta aborsi
dilakukan setiap tahun, dan sekitar 750.000 sampai 1,5 juta terjadi di
Indonesia, dimana 2.500 di antaranya berakhir dengan
kematian. Angka
aborsi di Indonesia diperkirakan mencapai 2,3 juta pertahun. Sekitar 750.000
diantaranya dilakukan oleh remaja. (Medical-Journal, Soetjiningsih, 2004)
Menurut Parawansa (2000), menyatakan
bahwa jumlah aborsi di Indonesia dilakukan oleh 2 juta orang tiap tahun, dari
jumlah itu, 70.000 dilakukan oleh remaja putri yang belum menikah.
Menurut Azwar,A (2000) menyatakan bahwa jumlah
aborsi pertahun di Indonesia sekitar 2,3 juta. Setahun kemudian
terjadi kenaikan terjadi kenaikan cukup besar. Menurut Nugraha,B,D, bahwa tiap tahun jumlah wanita yang
melakukan aborsi sebanyak 2,5 juta. Menurut seminar yang diadakan
tanggal 6 Agustus 2001 di Jakarta Utomo,B, melaporkan hasil penelitian yang
dilakukan di 10 kota besar dan 6 kabupaten di Indonesia tahun 2000, menyimpulkan
bahwa di Indonesia terjadi 43 aborsi per 100 kelahiran hidup. Ia juga
menyampaikan bahwa sebagian besar aborsi adalah aborsi yang disengaja, ada 78%
wanita diperkotaan dan 40% di pedesaan yang melakukan aborsi dengan sengaja.
(Kusmaryanto, 2002).
Laporan yang disinyalir melaui kapanlagi.com (25/08/2005) Tingkat
aborsi (pengguguran kandungan) di kalangan remaja di tanah air hingga tidak
berbeda dengan angka-angka yang disebutkan diatas, dimana diperkirakan dari
hasil suvey dan penelitian pada tahun 2005 masih cukup tinggi hingga mencapai
30%. Atau mencapai dua juta orang/tahun, dan 30% diantaranya atau 600 ribu
orang dari kalangan remaja.
Tingginya tingkat aborsi yang dilakukan
kalangan remaja terjadi akibat perilaku hubungan seksual sebelum menikah, bahkan
banyak juga remaja yang terjangkit berbagai jenis penyakit menular seksual (PMS).
Bahkan menurut Dosen Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta, dr. Titik Kuntari MPH. Menuturkan
kepada inilah.com (30/06/2009). Angka kejadian aborsi di Indonesia berkisar
2-2,6 juta kasus pertahun, atau 43 aborsi untuk setiap 100 kehamilan. Fakta ini
berasal dari “Sekitar 30% di antara kasus aborsi itu dilakukan oleh
penduduk usia 15-24”, katanya di Yogyakarta.
Perkiraan yang sama ternyata tidak berbeda
dengan hasil Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SKDI) 2004
tentang aborsi atau pengguguran kandungan, tingkat aborsi di Indonesia sekitar
2 sampai 2,6 juta kasus pertahun, 30% dari aborsi tersebut dilakukan oleh
mereka di usia 15-24 tahun. (Yulia,Majalah KARTINI, edisi April 2006)
Apabila disimpulkan dengan kenaikan
100,000 kasus aborsi pertahun saja, maka denga menggunakan data WHO ada tahun
2004 dimana kasus aborsi telah mencapai 2,5 juta kasus. Maka di tahun 2010
kasus aborsi dapat diperkirakan telah mencapai 3,1 Juta kasus. Ini angka
fantastis. Dan apabila 30% dari pelaku aborsi adalah terjadi dikalangan remaja
maka kasusnya dapat mencapai 930.000 kasus pertahun. Dan mungkin saja akan
berkembang terus apabila tidak segera dicegah. Apalagi dampak kematian dari
aborsi tidak aman) tersebut akan turut meningkat.
Apabila berbicara angka-angka kasus
aborsi di atas, tidak salah apabila persoalan pergaulan bebas dikalangan remaja
saat ini sangat memprihatinkan.
No comments:
Post a Comment
Laman Komentar ini dibuka untuk semua orang, Silahkan berkomentar namun tetap menjaga sopan santun (bukan spam), Terima Kasih.